BANTEN GIRANG, KEMEGAHAN SEJARAH YANG LEKANG DARI RAWATAN PEMERINTAH
Pemenuhan tugas mata kuliah Studi Kebantenan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
“Hahhh…”
“Banten Girang? apaan?”
Kurang lebih seperti itu pertanyaan yang muncul difikiran gue ketika pak Jaiz selaku dosen dari mata kuliah Studi Kebantenan Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa memberikan tugas kepada mahasiswa untuk mencari tahu
sejarah sekaligus fakta unik dari situs sejarah Banten Girang.
![]() |
Sumber: Dokumentasi kelas 1C |
Tidak banyak yang tahu bahwa di provinsi Banten terdapat situs
peninggalan sejarah yang menyimpan banyak cerita sekaligus menyimpan keunikan
didalamnya, situs tersebut bernama Banten Girang yang terletak di Jl. Raya
Pandeglang, Tembong, Cipocok Jaya, Serang, Kec. Serang, Kota Serang, Provinsi
Banten. Lalu apa itu Banten Girang? Berikut penjelasannya.
Ditinjau dari sisi sejarah, Banten sendiri merupakan sebuah kota
pelabuhan tujuan para pelaut sebagai gerbang pemberhentian di ujung barat pulau
Jawa untuk melaksanakan jual beli dan keperluan lainnya di pulau Jawa, kondisi
tanah yang subur serta letaknya yang strategis menjadikan tempat ini memiliki
daya tarik tersendiri, bernagai tumbuhan yang mampu tumbuh dengan baik hingga
aksesibilitas perdagangan yang memadai mampu menarik perhatian
pendatang-pendatang dari mancanegara untuk berlabuh disini, dari kawasan
tersebutlah tercatat situs-situs penting yang berkaitan dengan perjalanan
sejarah Banten, situs-situs tersebut diantaranya ialah Odel, Kasunyatan,
Kelapadua, Serang, dan Kota Lama Banten Girang.
![]() |
Sumber: Bantenhits.com |
Banten Girang sendiri merupakan situs sejarah yang dipercaya
sebagai pusat pemerintahan dari kerajaan Hindu-Budhha sebelum munculnya
kerajaan Islam di Banten atau yang biasa dikenal dengan kesultanan Banten.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Claude Guillot pada tahun 1988-1992
dikemukakan bahwa Banten Girang merupakan sebuah pemukiman atau perkotaan kuno,
hal tersebut berdasarkan pada bentuk dari struktur petahanan yang berbentuk
parit dan dinding tanah dengan pola yang tidak teratur. Banten Girang
diperkirakan berasal dari abad ke-10 dan mencapai puncaknya pada abad ke-13
Masehi dengan mengacu kepada berbagai penemuan seperti keramik asing, keramik
lokal dan penemuan lainnya yang diperkirakan berasal dari abad tersebut.
Selain dari penelitian yang dilakukan oleh Claude Guilot, sejarah
dari Banten Girang sendiri banyak tercantum dan disebutkan dalam beberapa
naskah kuna atau babad. Banten Girang pernah disebutkan dalam naskah Carita
Parahyangan yang diceritakan bahwa Wahanten Girang atau Banten Girang
dikalahkan oleh Arya Bubrah dengan nama lain Fatahillah Khan yang merupakan
panglima dari kesultanan Demak-Cirebon, dalam Babad Banten juga diceritakan
bahwasannya Banten Girang memiliki keterkaitan dengan Gunung Pulosari sebab
ketika Sunan Gunung Jati dan Hasanuddin Singgah di Banten Girang untuk
mennyebarkan agama Islam, mereka melanjutkan perjalanan ke Gunung Pulosari.
Dari perjalanan sejarah yang panjang tersebut, Banten Girang
menjadi situs bersejarah sekaligus situs yang dikeramatkan, hal tersebut
terjadi karena dipercaya bahwa di balik makam Ki Jongjo yang merupakan makam
kakak beradik dari Ki Jong dan Agus Jo yang merupakan tokoh pemeluk islam
pertama di Banten tersebut terdapat watu gulung (batu bersiran) yang
dipercaya sebagai tahta Pucuk Umun yang merupakan ratu-pandita “hindu” yang
terakhir disana.
![]() |
Sumber: Indonesia.go.id |
Menurut penuturan bapak Abdul Gofur selaku penjaga situs Banten
Girang yang berhasil diwawancarai mahasiswa kelas 1C ilmu komunikasi UNTIRTA,
beliau mengatakan bahwa Banten Girang yang
merupakan pusat peradaban di Banten tersebut memiliki luas total 8 Hektar,
namun seiring berjalannya waktu keberadaan dari prninggalan kerajaan Banten
Girang lambat laun tergerus perkembangan zaman hingga akhirnya hanya menyisakan
dua situs yaitu goa dan punden berundak. Goa Banten Girang sendiri berfungsi
sebagai tempat pertapaan pada masa sebelum kesultanan Banten yang dicirikan
dengan adanya dua pintu yaitu pintu masuk dan pintu keluar yang memiliki
filosofi “Datang harus kelihatan dahi, pulang harus kelihatan pundak”, dalam
artian bahwa kita harus menjaga etika kesopanan. Di bagian dalam goa terdapat
tiga kamar yang ketiga kamar tersebut diperuntukan sebagai tempat pertapaan
para tokoh agama umat Hindu, dalam kamar tersebut juga terdapat kolam yang
berfungsi sebagai tempat bersuci. Sedangkan Punden Berundak sendiri berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sesajen untuk persembahan bagi para dewa.
Banten Girang menunjukan kemegahan sejarah yang terdapat di provinsi Banten, sebagai situs sekaligus bukti bahwa peradaban besar telah hidup dan berkembang disana. Situs ini harus dikembangkan dan harus dikenal oleh banyak kalangan, sebagai cerminan bahwa Banten memiliki kekayaan sejarah yang luar biasa, situs ini juga mesti menjadi destinasi wisata upaya mengenalkan betapa hebatnya perjalanan sejarah yang terdapat di provinsi ini.
Namun alih-alih dikembangkan dan dijadikan potensi yang
menjanjikan, Banten Girang malah semakin terkubur dengan kemajuan waktu, seolah
ditinggalkan dan dilupakan keberadaanya, dan tidak tercium lagi kemegahan
sejarah yang tersimpan di dalamnya. Pak Slamet Purwanto yang merupakan salah
satu penjaga dari situs Banten Girang menyatakan bahwasannya kepengurusan dan
pelestarian situs Banten Girang ini hingga saat ini hanya mengandalkan dana
dari masyarakat yang berziarah ke tempat tersebut, kurangnya fasilitas
penunjang seperti keberadaan toilet dan tempat berkumpul peziarah menjadi
masalah besar di situs tersebut, minimnya campur tangan pemerintah dalam
pelestarian Banten Girang ini menjadikan pengelolaan situs bersejarah ini
dilakukan dengan seadanya dan hanya bergantung pada dana pengelolaan yang
seadanya pula, beliau berharap pemerintah lebih aktif dalam pengelolaan situs
Banten Girang ini supaya terciptanya tempat yang nyaman dan aman sehingga
menjadi destinasi yang layak untuk untuk dikunjungi khalayak ramai, selain itu
dengan kepengurusan yang baik, beliau juga berharap bahwasnnya kemegahan dari
situs bersejarah di Banten ini akan selalu terjaga sebagai identitas dari
kekayaan peradaban yang terdapat di provinsi Banten.
Segitu yang gue tahu tentang Banten Girang, tentunya masih banyak detail-detail perjalanan sejarah Banten Girang yang belum tercantum di dalam tulisan ini, karena gue percaya bahwa Banten Girang itu mempunyai sejarah yang sangat panjang sampai bisa menjadi situs sejarah yang harus sama-sama kita rawat, semoga dengan tulisan ini makin banyak orang yang tahu tentang Banten Girang, semoga dengan tulisan ini, makin banyak peran pemerintah dalam perawatan dan pelestarian situs Banten Girang, semoga juga dengan adanya tulisan ini kita bisa lebih menjaga kekayaan sejarah yang ada di Indonesia, karena sesungguhnya kekayaan sejarah itu merupakan identitas dari kekayaan bangsa Indonesia.
See you para penjemput ilmu, kita bertemu lagi di tulisan gue selanjutnya ya...
Sumber:
·
Hasil
wawancara kelas 1C Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
kepada pengurus sekaligus pemelihara situs Banten Girang.
·
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan/Banten Girang, arti kata dan toponim
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/banten-girang-arti-kata-dan-toponim/
·
https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/1534/banten-girang-riwayat-banten-hulu-yang-jaya
·
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/situs-banten-girang/
·
https://www.republika.co.id/berita/q33ix0366/situs-banten-girang-perlu-perhatian
Komentar
Posting Komentar